HUJAN PERSPEKTIF HADITS
1.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ
الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
“Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1]
Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan
turun.”
Sebagian orang ketika memperhatikan hujan turun, ada yang
sampai gelisah ketika turun dalam waktu yang lama. Apalagi jika turunnya hujan
dirasa mengganggu aktivitasnya, mungkin ada yang akan pergi kesawah, jemur
hasil panen, janji atau yang lainnya karena hujan mereka tidak bisa pergi.
Sehingga yang terjadi adalah mengeluh dan mengeluh. Tetapi jga ada yang merasa
senang ketika hujan turun apalagi bagi mereka yang dilanda kekeringan yang
berkepanjangan. Padahal jika kita
merenung dan memahami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
waktu hujan turun adalah saat yang baik untuk berdo’a dengan kata lain mustajabnya
do’a, artinya do’a semakin mudah terkabulkan. Seperti dalam hadist di atas
Do’a Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ucapkan ketika
melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, ’Aisyah
radhiyallahu ’anha,
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى
الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat
turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” (Ya
Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat)”
2.
Hujan membuat orang menjadi mukmin dan kafir.
HR Bukhari
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي
مَالِكٌ عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّهُ
قَالَ
صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ
سَمَاءٍ كَانَتْ مِنْ اللَّيْلَةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ
رَبُّكُمْ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي
مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ
وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ
بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Isma'il telah
menceritakan kepadaku Malik dari Shalih bin Kaisan dari 'Ubaidullah bin
'Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwa dia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat
Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Selesai shalat
beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: "Tahukah
kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?" Orang-orang menjawab,
"Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau lalu bersabda:
"Allah berfirman: 'Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang menjadi Mukmin
kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Orang yang berkata, 'Hujan turun kepada kita
karena karunia Allah dan rahmat-Nya', maka dia adalah yang beriman kepada-Ku
dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, 'Hujan turun disebabkan
bintang ini dan itu', maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada
bintang-bintang'."
Hadis di atas merupakan salah satu hadis yang menjadi dasar
tentang adanya hujan sebagai rahmat Tuhan. Di dalam hadis tersebut secara
tekstual berisi pernyataan bahwa orang yang menganggap hujan itu berasal dari
bintang (planet) maka dia telah kafir, sedangkan orang yang beriman adalah
orang yang mengatakan bahwa hujan merupakan karunia dan rahmat yang datang dari
Allah. Jika berangkat dari normatifitas teks, tidak dapat diragukan bahwa hadis
tersebut shahih. Hal ini karena di masa Nabi belum ditemukan berbagai teori dan
bukti-bukti ilmiah mengani terbentuknya hujan. Pengetahuan tentang hujan hanya
diketahui langsung dari firman Allah. Sehingga pemahaman Nabi tentang hujan
merupakan ilmu yang langsung dari Allah sebagai bukti kerasulannya.
Hujan adalah anugerah dan karunia dari Allah sebagaimana
yang telah diungkapkan di dalam al-Qur’an dan Hadis. Karunia tersebut tidak
lain diperuntukkan bagi manusia di bumi. Manusia diperintahkan Allah untuk
selalu berpikir dan menghayati ciptaan-Nya. Sebagaimana proses terbentuknya
hujan yang baru diketahui oleh manusia setelah ditemukan berbagai alat dan
teknologi modern. Ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai
proses terjadinya hujan, hal ini telah diungkapkan oleh al-Qur’an dan Hadis Nabi.
Siklus hujan yang di dalam kajian ilmiah sering disebut
proses hidrologi senantiasa tetap dan tidak berubah. Air di permukaan bumi yang
menguap ternyata jumlahnya sama dengan air yang diturunkan ke bumi melalui
hujan. Peristiwa alam ini membuktikan bahwa tidak ada seorangpun yang bisa
menciptakan hujan selain Allah. Di era kecanggihan teknologi, manusia bisa
menciptakan hujan buatan sebagai hasil dari proses berpikir tentang alam ini.
Proses hujan menajdi inspirasi bagi manusia untuk bisa berkarya demi
kepentingan manusia juga. Berdasarkan hadis dan penjelasan sains di atas, tidak
diragukan lagi bahwa hujan membawa manfaat yang besar bagi manusia. Hujan
adalah karunia dan rahmat dari Allah untuk hamba-Nya.
Semoga dengan turunnya hujan semakin membuat kita bersyukur,
bukan malah mengeluh. Manfaatkanlah moment tersebut untuk banyak
memohon segala hajat pada Allah Ta’ala menyangkut urusan dunia dan akhirat.
Jangan sia-siakan kesempatan untuk mendoakan kebaikan diri, istri, anak,
kerabat serta kaum muslimin lainnya.
1 komentar:
goblok ... kafir juga orang yang mengatakan air hujan itu terjadi dari uap bumi atau dari siklus air yang menguap ... orang beriman hanya akan mengatakan bahwa hujan itu langsung diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmat kepada manusia
Posting Komentar