PSIKOLOGI KEMALASAN
RESUME
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Individu
Semester IV
Program
Strata Satu ( S1 ) Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI
Kelompok
Kelas : C Regular
Mata
Kuliah : Psikologi
Pendidikan
Dosen
Dr.
Azam Syukur Rahmatullah, S.H.I., M.S.I, M.A
oleh
ROVI SULISTIONO
2124669
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL
ULAMA
(IAINU) KEBUMEN
2014
Judul : Psikologi Kemalasan
Pengarang :Dr. Azam Syukur Rahmatullah,
S.H.I,M.S.I,M.A
Penerbit :Azkiya Media
BAB I Malas Sebagai Rajanya Ketidaksuksesan
Malas
“Racunnya” Keberhasilan
Malas! Suatu penyakit yang
sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Penyakit yang terkadang bila
diremehkan malah cenderung semakin melonjak, semakin cenderung menunjukan
ketidakbersahabatan positifnya dengan manusia. Keberadaan virus – virus ini
adalah matinya keberhasilan bagi seseorang. Ketika seseorang buta atau memang
sengaja membutakan dirinya sendiri untuk tidak melihat suatu kebenaran yang
hakiki, yang kebenaran itu menyatakan bahwa kemalasan bukanlah suatu hal yang
pantas diperturutkan serta dipuji – puji, dan kebenaran juga menyatakan bahwa
kemalasan harus dinon-aktifkan dari dalam diri masing – masing pribadi, maka
yang terjadi adalah dunia keberhasilan akan enggan menghinggapi orang – orang
yang memiliki prinsip demikian.
Ending-nya orang yang demikian
akan bertemu pada satu titik penyesalan yang sangat. Penyesalan baru akan
dirasakan setelah pikiran dan hati
terbuka, yang berarti ketika rasa malas menyerang dan hinggap dalam diri
seseorang termasuk mungkin diri sendiri maka baik disadari atau tidak, virus
malas menutup serapatmungkin hati dan fikiran anda agar tidak keluar dari zona kenyamanan yang dimotori oleh
kemalasan.
Penyesalan dibelakang
mengandung beberapa unsur berikut :
·
Pengembangan “pikiran cupet nan sempit” masih
begitu kental
·
Lemahnya penghargaan atas dirinya sendiri
Penyesalan didepan unsure –
unsurnya sebagai berikut :
·
Mengedepankan fikiran yang penuh kedewasaan
·
Menyadari sepenuhnya akan hakikat dirinya
Dengan demikian untuk meraih
sebuah keberhasilan atas berbagai impian, yang seharusnditerapkan adalah
prinsip penyesalan di depan; sebelum atau ketika sudah bertindak harus berfikir
ulang mengenai baik dan buruknya. Nasehat dari Musthofa al-Ghalayain :
“jadikanlah sifat berani
sebagai watakmu. Berpegang teguhlah dengan talinya. Jangan biarkan sifat
pengecut dan membabi buta itu menyusup di dalam hatimu. Pengecut adalahsebagian
dari ketololalan. Berani itulah sifat orang – orang yang beriman kepada Allah
dan jhari kemudian.
Malas,
“Penipu Ulung” bagi Diri sendiri
“ Kelalaian yang paling
sering disesali orang ialah tidak mempergunakan seketika ada kesempatan untuk
kebaikan” (djamalus Djohan)
Bisikan syaitan terhadap
orang – orang lemah secara ragawi dan bathini semakin menambah keyakinan mereka
(orang – orang lemah) untuk mengkonsumsi secara serius kemalasan ini. Mereka
benar – benar merasa bahwa “kemalasan” adalah pilihan tepat untuk dijadikan
sebagai icon dan idol. Mereka telah tertipu oleh produk kemalasan
ini, yang mungkin anda pun salah satu yang telah tertipu mentah – mentah.
Bagaimana tidak tertipu? Sekilas memang menyenangkan, bebas dari tanggungan,
dan bisa berbuat apapunyang diinginkan asal senang tanpa beba, tetapi yang
sekilas itu nantinya malah menjadi “mala petaka” yang berkepanjangan. Dan
mereka atau pun anda tertipu oleh apa yang dikonsumsi oleh diri sendiri.
Kehati – hatian diri alias
“waspada” harus dan perlu selalu ditingkatkan karena syaitan akan selalu
mencari mangsa dan selalu akan menambah personil pengikutnya yang sama – sama
akan dibawa kejurang ketidakberhasilan. Karenanya, anda tidak boleh lengah dari
upaya penjerumusan syetan kejurang ketidakberhasilan diri, karena manakala
dalam “Penjerumusan” ini berhasil maka syaitan akan bertepuk tangan dan akan
selalu merayakan kemenangannya dengan penuh kebanggaan. Sedangkan didi anda
hanya akan gigit jari meratapi penyesalan diri.
Mala situ
“Bom Waktu”
Salah satu karakteristik
dari penyakit malas ini adlah flexible, tanpa batas ruang dan waktu. Seseorang
itu mau kaya atau miskin, pandaiatu bodoh, punya seribu talenta atau
tidak sama sekali bertalenta, tua atau muda, pejabat tinggi atau yang tidak
punya jabatan sekali pun, seseorang yang good loking alias good body dan
face atau yang setandar penampilan tubuhnya, mahasiswa, pelajar, atau
mlah yang sama sekali tidak pernah mengenyam bangku pendidikan (legal formal);
akan dengan gampangannya, akan dengan mudahnya virus – virus kemalasan menembus
dan menjalar keruang – ruang yang tanpa pengamanan kuat dari dalam diri
sendiri.
Berhati – hati dari tipu
daya dunia adalah sifatnya wajib, apalagi salah satu tipu daya itu bernama
“kemalasan”. Benar apa yang disampaikan Hamka bahwa tipu daya itu akan berhasil
membuat seseorang terlena, terkungkung dalam ranah penghambaan pada sesuatu
yang negative. Utamanya bagi mereka yang
mau diperdaya, bagi mereka yang mau dipermainkan dan bagi mereka yang mau
disandiwarakan. Tentunya bagi mereka yang tidak mau diperdaya, tidak mau
dipermainkan, dan tidak mau disandiwarakan, akan berusaha semaksimal mungkin
untuk berhati – hati dalam melangkah.
Malas Itu
“Penyakit Hati” yang Mematikan
Salah satu penyakit hati
yang saya yakin jika dibiarkan bebas berkeliaran tanpa adanya pengendalian diri
(control of self ) dan sudah pasti kelak akan merugikan diri adalah
penyakit malas. Seseorang yang berhasil menyembuhkan diri dari penyakit malas
ini tentunya melalui berbagai macam terapi adalah orang yang tentunya mempunyai
niat besar untuk berubah haluan, memiliki semangat tinggi untuk keluar dari
kungkungan yang mematikan.
“sesungguhnya di dalam tubuh
trdapat segumpal daging. Apabila ia baik maka semua tubuh menjadi baik, tetapi
apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi rusak. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu
atau hati” (HR. al-Bukhari dari Nu’aiman Ibn Basyir)
Mala situ
“Candu”!
Ketika suatu amal yang
mengiringi kata candu itu tidak mengarah kepada ranah al – birr atau
ranah kebaikan contohnya candu narkoba, candu seks, candu gambar porno dan lain
sebagainya maka mau tidak mau candu itu pun ikut terbawa kearah negative. Dan
ketika suatu amal itu lebih mengarah atau membawa pada ranah yang hasanah (baik)
contohnya; candu membaca’ candu menulis, candu berbahasa asing maka mau tidak
mau pun candu dalam posisi aman, bebas dari kesia – siaan.
Pada substansinya memang
berbeda antara candu yang beraliran hasanah (candu yang baik) dengan
candu yang beraliran sayyiah (candu yang kurang atau bahkan tidak baik)
keduanya memiliki karakter berbeda, yang di antaranya adalah:
1.
Karakteristik candu yang beraliran sayyiah
·
Menarik madharat dan menghindarkan maslahat
·
Pelan namun pasti mengikis kecerdasan kognisi,
emosi dan psikomotor
2.
Karakteristik candu yang beraliran hasanah
·
Membawa pada posisi diri membutuhkan
·
Berkembang menuju arah kemajuan
BAB 2 Menjadi “Manusia
Pemalas”, salah siapa?
Siapa yang
harus disalahkan?
Kegengsian diri hanya akan
membawa pada titik kehancuran diri. Semakin besar kegengsian diri atas berbagai
kritikan positif terhadap diri maka semakin jauh perubahan positif atas
dirinya. Dan bisa dipastikan “kesuksesan pun akan semakin jauh dari kenyataan yang
diharapkan”. Semakin kecil bahkan sampai pada taraf sirna rasa kegengsian diri
atas berbagai kritikan positif, maka perubahan positif atas diri sendiri
sangat udah dijangkau. Dan nantinya
kesuksesan akan mudah pula tercapai.
Beberapa factor yang menjadikan
seseorang mendominasikan dirinya terhadap rasa kegengsian diri:
1.
Perbedaan latar belakang keluarga
2.
Perbedaan pemahaman pendidikan yang diperoleh
3.
Perbedaan kebiasaan kebiasaan
4.
Perbedaan corak berfikir
Malas:
Sebuah pilihan yang keliru
Fitrah manusia memang ada di antara dua jalan
persimpangan yakni diberikan jalan kemuliaan (kebaikan) dan jalan keburukan
(kejahatan). Menurut Ubaydilah,AN (2003) idealnya ada tiga perangkat penting (Urgent)
yang harus dipunyai oleh seseorang agar tidak salah sasaran dalam menentukan
pilihannya, apalagi yang berhububgan dengan masalah pilihan ini, yakni :
1.
Perangkat berupa perasaan (Emotional)
2.
Perangkat berupa hati
3.
Perangkat berupa akal
Budaya Mentang – Mentang (Budaya yang meninabobokan
Diri sendiri)
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan budaya mentang –
mentang ini? Budaya mentang adalah sebuah budaya tentang keakuan diri yang
menyatakan bahwa diri sendiri sudah merasa sukses sehingga tidak perlu lagi
mengembangkan kreativitas lagi, atau yang menyatakan bahwa diri sendiri sudah
merasa pintar sehingga tidak perlu lagi mengembangkan kecerdasan kognisi lagi.
Dan berbagai kata sudah merasa lainnya.
Beberapa factor atau sebab yang menjadikan diri
terkena budaya mentang – mentang ini, diantaranya adalah :
1.
Problem belajar
2.
Problem motivasi
3.
Problem perilaku
4.
Problem Emotional
Demam kemalasan; Sebuah Pembohongan Hati Nurani
Hati nurani adlah hati yang suci, yang tidak akan
mungkin terkontaminasi oleh apapun. Permasalahan tentang “kebahagiaan karena
kemalasan” ini jelas merupakan konsep kebahagiaan yang salah kaprah, karena
datangnya dari sebuah ketidak benaran, hadirnya dari sebuah deviasi atau
penyimpangan yang bagi para pengikut atau pengabdinya tetap berpegang teguh
bahwa ini sebuah kebahagiaan. Meskipun diyakini bahwa “mereka tidak bisa dan
tidak akan sanggup membohongi hati nurani mereka sendiri” yang senantiasa
melantunkan kebenaran.
BAB 3 Mengapa Harus Muncul? (Tinjauan Sebab – Musabab
Kemalasan Datang)
Keringnya “Tujuan Hidup Positif” (Pemicu
Hadirnya”Malas yang Kritis”)
Salah satu pembeda aktif dan tidaknya seseorang dalam
kehidupan terletak pada subur dan tidaknya tujuan hidup yang dimiliki. Manakala
seseorang memiliki kesuburan planning – planning atau program – program
positif maka kemungkinan besar seseorang tersebut akan terkena dampak positif
yakni menjadi orang yang aktif, kreatif, inovatif, dan pantang mengatakan sudah
usai perjuanganku atau sudah cukup karyaku.
Salah satu bentuk nyata akibat negtif dari orang –
orang lemah atau kering tujuan hidup dan tidak dimilikinya planning –
planning yang jelas adalah hadirnya
kemalasan diri yang sangat dimungkinkan menjadi kemalasan akut. Hal
paling baik untuk menghindarkan diri dari kemalasan –agar tidak muncul- ini
adalah dengan melakukan “pembaharuan diri”. Beberapa hal yang perlu diperbaharui
supaya menjadi yang terbaik dalam meraih tujuan hidup yang dituju, yakni:
1.
Pembaharuan tujuan hidup
2.
Pembaharuan Niat : “Menuju Kemantapan Niat”
3.
Pembaharuan semangat untuk terus berjuang
Putusnya Mata Rantai Motivasi : Penghambat Berprestasi
dan Pemicu Kemalasan
Kekeringan motivasi merupakan salah satu penyebab
besar munculnya kemalasan. Semakin kering motivasi diri seseorang maka semakin
besar kemalasan yang ada pada diri seseorang tersebut. Demikian pula semakin
subur motivasi diri pada seseorang maka semakin kecil kemalasan datang
mengganggu. Karena itulah motivasi memang tidak diperbolehkan untuk di-eliminasi.
Motivasi harus tetap berkobar dalam diri apapun yang terjadi.
Motivasi ini memiliki lingkaran mata rantai yang bila
salah satunya terputus atau lemah maka akan mematikan langkah selanjutnya
menuju apa yang diinginkan. Pengembangan motivasi ini harus melihat latar
belakang di balik motivasi itu sendiri – baik atau tidaknya motivasi – tentunya
ada sebabnya dan ini berkaitan dengan teori – teori motivasi yang ada, yakni:
1.
Teori Atribusi.
2.
Teori Harapan.
3.
Teori Aktualisasi Diri.
Kemiskinan Kesehatan Mental (Lebih Berbahaya
dariKemiskinan yang Sebenarnya)
“Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana
seseorang mampu”mengkondisikan dirinya sendiri” kearah positivism-act seperti
ketenangan batin/jiwa, pemaksimalan potensi – potensi diri, yang dengan itu
semua orang bisa mewujudkan kebaikan – kebaikan tingkah laku yang kemudian
berimbas pada kebahagiaan lahir batin.”
Kesehatan mental dari kaca islam juga bisa diartikan
sebagai usaha positif dari seseorang untuk “memanage diri sendiri”; manajemen
dari berbagai kelemahan negatif diri dengan panduan dasarnya adalah Al-Qur’an
dan Hadis (sumber dasar islam)
Degradasi “Manajemen Diri” (Pangkal Dasar dari Ketidak
Berdayaan Diri Melawan Kemalasan)
Ada dua landasan dasar sebenarnya untuk memunculkan kesiagaan
diri dengan wasilah manajemen diri yakni adanya kemauan dan kemampuan. Dengan
modal kemauan yang sesadar – sadarnya akan mampu mengarahkan dan dan membimbing
diri pada sisi positive act. Modal kedua adalah kemampuan (capability).
Adanya suatu keyakinan bahwa masing – masing person dibekali dengan suatu
kemampuan untuk me-manage diri sendiri, sayangnya, adanya suatu keyakinan pula
bahwa masing – masing person tidak memaksimalkan kemampuan untuk me – manage
diri sendiri, padahal mereka sebenarnya mampu.
Berikut ini adalah beberapa fungsi manajemen yang
seyogyanya diterapkan dalam diri sebagai “tameng”:
a.
Planning
b.
Organizing
c.
Direction
d.
Pengawasan (Control)
e.
Pembaharuan (Inovasi)
BAB 4 Menuju Reformasi Kelemahan (Tips Substantif
Menghilang Rasa Malas yang Berkepanjangan)
Memberdayakan Optimistic Attitute
Memunculkan dan memberdayakan sense of optimistic dalam
diri sebagai sarana untuk menghancurkan kemalasan. Dalam buku karya Triantoro
Safaria berjudul “Optimistic Quotient”;Menenamkan dan Menumbuhkan
Sikap Optimis pada Anak (2007) diterangkan ada lima kekuatan utama
Optimistic Quotient, yang dengan 5 kekuatan ini bisa menghalau atau mencegah
terlalu dalam penyakit malas, kelima kekuatan ini adalah :
1.
Pengendalian distorsi kognitif
Distorsi kognitif bisa diartikan sebagai kenegatifan
dalam berpikir atau negative thingking, di mana seseorang lebih banyak
mengaktifkan pikiran negative yang berakibat “penguasaan hati” yang negative
pula.
2.
Penguasaan kendali-diri (self control)
Kendali diri itu sebdiri bisa diartikan sebagai pusat
penguasaan diri untuk tidak melakukan hal – hal di luar batas yang telah
ditentukan baik oleh ilahi (hukum syar’i), masyarakat yang terbentuk dalam
aturan adat/hokum social, atau pula aturan hokum konvensional yang berlaku.
3.
Penguasaan Penalaran Optimistik
Ketika seseorang berhasil mengembangkan dan menguasai
dirinya dengan penuh “penalaran optimistik” ini, maka kemungkinan besar
penyakit malas atau pula pencegahan penyakit malas bisa diminimalisir. Hal ini
mengingat kekuatan dari “optimistik” ini cukuplah besar ungtuk membangkitkan
diri seseorang dari keterpurukan dan kejatuhan.
4.
Transendal Coping
Transcendental coping merupakan masalah (problem solving)
dengan menggunakan pendekatan illahiyah, yang ini berarti “seseorang tidak
diperkenankan” hanya menggunakan kekuatan nafsiyah, fisiologiyah tanpa
mentransendensikan diri kepada illahi rabbi.
5.
Kekuatan Visioner
Visi merupakan penggambaran langkah menuju ke depan.
Akan seperti apa dan bagaimana ke depannya bisa dilihat dengan menggunakan visi
dan misi.
Berkaca dari Film The Secret (Kebangkitan dari dunia
kemalasan)
Film The Secret ini merupakan film yang mutan
“motivasi konstruktifnya” cukup tinggi untuk masing – masing personal. 3 hal
urgen yang bisa dilakukan untuk meraih kesuksesan hidup, utmanya sukses melawan
kemalasan adalah sebagai berikut:
1.
Meminta apa – apa yang diinginkan oleh diri sendiri dan menuliskan
kesemua itu dikertas dengan berbagai penjelasan :”mengapa diri benar – benar
menginginkan poin – poin tersebut ”
2.
Mencoba menjawab permintaanyang telah dituliskan.
3.
Tahap menerima dan menghargai apapun yang jadi keputusan Illahi (atas
hasil yang diperoleh).
Orang yang Berfungsi Sesungguhnya (Qaul Roggers dalam
Meraih Kebermaknaan Hidup untuk Membebaskan Penyakit Malas)
Asumsi Roggers tentang “kepribadian yang sehat” adalah
kepribadian yang mampu memahami proses – proses kehidupan. Proses kehidupan
yang dijalani bisa saja berupa masalh – masalah yng rumit dan tidak menyamankan
diri.
Sehubungan dengan sifat orang yang berfungsi
sepenuhnya yang juga erat kaitannya dengan kepribadian sehat maka ada beberapa
cirinya yang antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Keterbukaan pada Pengalaman
2.
Kehidupan Eksisitensial
3.
Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri
4.
Perasaan Bebas
5.
Kreativitas
Pendekatan Psikoterapi Islam sebagai Penghapus Titik
Noda Kemalasan
Dalam psikoterapi islam itu sebagai metode penyembuhan
yang dekat dengan wawasan keagamaan sendiri ada metode – metode yang berdasar
dari Qur’aniyah dan haditsiyah yang digunakan sebagai media penyembuhan atas
penyakit yang dialami tiga metode yang dimaksud adalah:
1.
Tahap Pembersiahn Diri
2.
Tahap Pengmbangan diri
3.
Tahap Penyempurnaan Diri
0 komentar:
Posting Komentar