Selasa, 30 Desember 2014

PSIKOLOGI KEMALASAN



PSIKOLOGI KEMALASAN
RESUME
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Semester IV
Program Strata Satu ( S1 ) Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI
Kelompok Kelas         :  C Regular
Mata Kuliah                :  Psikologi Pendidikan
Dosen
Dr. Azam Syukur Rahmatullah, S.H.I., M.S.I, M.A


oleh
                                                 ROVI SULISTIONO                            
2124669
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(IAINU) KEBUMEN
2014
Judul               : Psikologi Kemalasan
Pengarang       :Dr. Azam Syukur Rahmatullah, S.H.I,M.S.I,M.A
Penerbit           :Azkiya Media
BAB I Malas Sebagai Rajanya Ketidaksuksesan
Malas “Racunnya” Keberhasilan
Malas! Suatu penyakit yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Penyakit yang terkadang bila diremehkan malah cenderung semakin melonjak, semakin cenderung menunjukan ketidakbersahabatan positifnya dengan manusia. Keberadaan virus – virus ini adalah matinya keberhasilan bagi seseorang. Ketika seseorang buta atau memang sengaja membutakan dirinya sendiri untuk tidak melihat suatu kebenaran yang hakiki, yang kebenaran itu menyatakan bahwa kemalasan bukanlah suatu hal yang pantas diperturutkan serta dipuji – puji, dan kebenaran juga menyatakan bahwa kemalasan harus dinon-aktifkan dari dalam diri masing – masing pribadi, maka yang terjadi adalah dunia keberhasilan akan enggan menghinggapi orang – orang yang memiliki prinsip demikian.
Ending-nya orang yang demikian akan bertemu pada satu titik penyesalan yang sangat. Penyesalan baru akan dirasakan setelah  pikiran dan hati terbuka, yang berarti ketika rasa malas menyerang dan hinggap dalam diri seseorang termasuk mungkin diri sendiri maka baik disadari atau tidak, virus malas menutup serapatmungkin hati dan fikiran anda agar tidak keluar  dari zona kenyamanan yang dimotori oleh kemalasan.
Penyesalan dibelakang mengandung beberapa unsur berikut :
·         Pengembangan “pikiran cupet nan sempit” masih begitu kental
·         Lemahnya penghargaan atas dirinya sendiri
Penyesalan didepan unsure – unsurnya sebagai berikut :
·         Mengedepankan fikiran yang penuh kedewasaan
·         Menyadari sepenuhnya akan hakikat dirinya
Dengan demikian untuk meraih sebuah keberhasilan atas berbagai impian, yang seharusnditerapkan adalah prinsip penyesalan di depan; sebelum atau ketika sudah bertindak harus berfikir ulang mengenai baik dan buruknya. Nasehat dari Musthofa al-Ghalayain :
“jadikanlah sifat berani sebagai watakmu. Berpegang teguhlah dengan talinya. Jangan biarkan sifat pengecut dan membabi buta itu menyusup di dalam hatimu. Pengecut adalahsebagian dari ketololalan. Berani itulah sifat orang – orang yang beriman kepada Allah dan jhari kemudian.
Malas, “Penipu Ulung” bagi Diri sendiri
“ Kelalaian yang paling sering disesali orang ialah tidak mempergunakan seketika ada kesempatan untuk kebaikan” (djamalus Djohan)
Bisikan syaitan terhadap orang – orang lemah secara ragawi dan bathini semakin menambah keyakinan mereka (orang – orang lemah) untuk mengkonsumsi secara serius kemalasan ini. Mereka benar – benar merasa bahwa “kemalasan” adalah pilihan tepat untuk dijadikan sebagai icon dan idol. Mereka telah tertipu oleh produk kemalasan ini, yang mungkin anda pun salah satu yang telah tertipu mentah – mentah. Bagaimana tidak tertipu? Sekilas memang menyenangkan, bebas dari tanggungan, dan bisa berbuat apapunyang diinginkan asal senang tanpa beba, tetapi yang sekilas itu nantinya malah menjadi “mala petaka” yang berkepanjangan. Dan mereka atau pun anda tertipu oleh apa yang dikonsumsi oleh diri sendiri.
Kehati – hatian diri alias “waspada” harus dan perlu selalu ditingkatkan karena syaitan akan selalu mencari mangsa dan selalu akan menambah personil pengikutnya yang sama – sama akan dibawa kejurang ketidakberhasilan. Karenanya, anda tidak boleh lengah dari upaya penjerumusan syetan kejurang ketidakberhasilan diri, karena manakala dalam “Penjerumusan” ini berhasil maka syaitan akan bertepuk tangan dan akan selalu merayakan kemenangannya dengan penuh kebanggaan. Sedangkan didi anda hanya akan gigit jari meratapi penyesalan diri.
Mala situ “Bom Waktu”
Salah satu karakteristik dari penyakit malas ini adlah flexible, tanpa batas ruang dan waktu. Seseorang itu mau kaya atau miskin, pandaiatu bodoh, punya seribu talenta atau tidak sama sekali bertalenta, tua atau muda, pejabat tinggi atau yang tidak punya jabatan sekali pun, seseorang yang good loking alias good body dan face atau yang setandar penampilan tubuhnya, mahasiswa, pelajar, atau mlah yang sama sekali tidak pernah mengenyam bangku pendidikan (legal formal); akan dengan gampangannya, akan dengan mudahnya virus – virus kemalasan menembus dan menjalar keruang – ruang yang tanpa pengamanan kuat dari dalam diri sendiri.
Berhati – hati dari tipu daya dunia adalah sifatnya wajib, apalagi salah satu tipu daya itu bernama “kemalasan”. Benar apa yang disampaikan Hamka bahwa tipu daya itu akan berhasil membuat seseorang terlena, terkungkung dalam ranah penghambaan pada sesuatu yang negative. Utamanya  bagi mereka yang mau diperdaya, bagi mereka yang mau dipermainkan dan bagi mereka yang mau disandiwarakan. Tentunya bagi mereka yang tidak mau diperdaya, tidak mau dipermainkan, dan tidak mau disandiwarakan, akan berusaha semaksimal mungkin untuk berhati – hati dalam melangkah.
Malas Itu “Penyakit Hati” yang Mematikan
Salah satu penyakit hati yang saya yakin jika dibiarkan bebas berkeliaran tanpa adanya pengendalian diri (control of self ) dan sudah pasti kelak akan merugikan diri adalah penyakit malas. Seseorang yang berhasil menyembuhkan diri dari penyakit malas ini tentunya melalui berbagai macam terapi adalah orang yang tentunya mempunyai niat besar untuk berubah haluan, memiliki semangat tinggi untuk keluar dari kungkungan yang mematikan.
“sesungguhnya di dalam tubuh trdapat segumpal daging. Apabila ia baik maka semua tubuh menjadi baik, tetapi apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi rusak. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu atau hati” (HR. al-Bukhari dari Nu’aiman Ibn Basyir)
Mala situ “Candu”!
Ketika suatu amal yang mengiringi kata candu itu tidak mengarah kepada ranah al – birr atau ranah kebaikan contohnya candu narkoba, candu seks, candu gambar porno dan lain sebagainya maka mau tidak mau candu itu pun ikut terbawa kearah negative. Dan ketika suatu amal itu lebih mengarah atau membawa pada ranah yang hasanah (baik) contohnya; candu membaca’ candu menulis, candu berbahasa asing maka mau tidak mau pun candu dalam posisi aman, bebas dari kesia – siaan.
Pada substansinya memang berbeda antara candu yang beraliran hasanah (candu yang baik) dengan candu yang beraliran sayyiah (candu yang kurang atau bahkan tidak baik) keduanya memiliki karakter berbeda, yang di antaranya adalah:
1.      Karakteristik candu yang beraliran sayyiah
·         Menarik madharat dan menghindarkan maslahat
·         Pelan namun pasti mengikis kecerdasan kognisi, emosi dan psikomotor
2.      Karakteristik candu yang beraliran hasanah
·         Membawa pada posisi diri membutuhkan
·         Berkembang menuju arah kemajuan
BAB 2 Menjadi “Manusia Pemalas”, salah siapa?
Siapa yang harus disalahkan?
Kegengsian diri hanya akan membawa pada titik kehancuran diri. Semakin besar kegengsian diri atas berbagai kritikan positif terhadap diri maka semakin jauh perubahan positif atas dirinya. Dan bisa dipastikan “kesuksesan pun akan semakin jauh dari kenyataan yang diharapkan”. Semakin kecil bahkan sampai pada taraf sirna rasa kegengsian diri atas berbagai kritikan positif, maka perubahan positif atas diri sendiri sangat  udah dijangkau. Dan nantinya kesuksesan akan mudah pula tercapai.
Beberapa factor yang menjadikan seseorang mendominasikan dirinya terhadap rasa kegengsian diri:
1.      Perbedaan latar belakang keluarga
2.      Perbedaan pemahaman pendidikan yang diperoleh
3.      Perbedaan kebiasaan kebiasaan
4.      Perbedaan corak berfikir
Malas: Sebuah pilihan yang keliru
Fitrah manusia memang ada di antara dua jalan persimpangan yakni diberikan jalan kemuliaan (kebaikan) dan jalan keburukan (kejahatan). Menurut Ubaydilah,AN (2003) idealnya ada tiga perangkat penting (Urgent) yang harus dipunyai oleh seseorang agar tidak salah sasaran dalam menentukan pilihannya, apalagi yang berhububgan dengan masalah pilihan ini, yakni :
1.      Perangkat berupa perasaan (Emotional)
2.      Perangkat berupa hati
3.      Perangkat berupa akal
Budaya Mentang – Mentang (Budaya yang meninabobokan Diri sendiri)
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan budaya mentang – mentang ini? Budaya mentang adalah sebuah budaya tentang keakuan diri yang menyatakan bahwa diri sendiri sudah merasa sukses sehingga tidak perlu lagi mengembangkan kreativitas lagi, atau yang menyatakan bahwa diri sendiri sudah merasa pintar sehingga tidak perlu lagi mengembangkan kecerdasan kognisi lagi. Dan berbagai kata sudah merasa lainnya.
Beberapa factor atau sebab yang menjadikan diri terkena budaya mentang – mentang ini, diantaranya adalah :
1.      Problem belajar
2.      Problem motivasi
3.      Problem perilaku
4.      Problem Emotional
Demam kemalasan; Sebuah Pembohongan Hati Nurani
Hati nurani adlah hati yang suci, yang tidak akan mungkin terkontaminasi oleh apapun. Permasalahan tentang “kebahagiaan karena kemalasan” ini jelas merupakan konsep kebahagiaan yang salah kaprah, karena datangnya dari sebuah ketidak benaran, hadirnya dari sebuah deviasi atau penyimpangan yang bagi para pengikut atau pengabdinya tetap berpegang teguh bahwa ini sebuah kebahagiaan. Meskipun diyakini bahwa “mereka tidak bisa dan tidak akan sanggup membohongi hati nurani mereka sendiri” yang senantiasa melantunkan kebenaran.
BAB 3 Mengapa Harus Muncul? (Tinjauan Sebab – Musabab Kemalasan Datang)
Keringnya “Tujuan Hidup Positif” (Pemicu Hadirnya”Malas yang Kritis”)
Salah satu pembeda aktif dan tidaknya seseorang dalam kehidupan terletak pada subur dan tidaknya tujuan hidup yang dimiliki. Manakala seseorang memiliki kesuburan planning – planning atau program – program positif maka kemungkinan besar seseorang tersebut akan terkena dampak positif yakni menjadi orang yang aktif, kreatif, inovatif, dan pantang mengatakan sudah usai perjuanganku atau sudah cukup karyaku.
Salah satu bentuk nyata akibat negtif dari orang – orang lemah atau kering tujuan hidup dan tidak dimilikinya planning – planning yang jelas adalah hadirnya  kemalasan diri yang sangat dimungkinkan menjadi kemalasan akut. Hal paling baik untuk menghindarkan diri dari kemalasan –agar tidak muncul- ini adalah dengan melakukan “pembaharuan diri”. Beberapa hal yang perlu diperbaharui supaya menjadi yang terbaik dalam meraih tujuan hidup yang dituju, yakni:
1.      Pembaharuan tujuan hidup
2.      Pembaharuan Niat : “Menuju Kemantapan Niat”
3.      Pembaharuan semangat untuk terus berjuang
Putusnya Mata Rantai Motivasi : Penghambat Berprestasi dan Pemicu Kemalasan
Kekeringan motivasi merupakan salah satu penyebab besar munculnya kemalasan. Semakin kering motivasi diri seseorang maka semakin besar kemalasan yang ada pada diri seseorang tersebut. Demikian pula semakin subur motivasi diri pada seseorang maka semakin kecil kemalasan datang mengganggu. Karena itulah motivasi memang tidak diperbolehkan untuk di-eliminasi. Motivasi harus tetap berkobar dalam diri apapun yang terjadi.
Motivasi ini memiliki lingkaran mata rantai yang bila salah satunya terputus atau lemah maka akan mematikan langkah selanjutnya menuju apa yang diinginkan. Pengembangan motivasi ini harus melihat latar belakang di balik motivasi itu sendiri – baik atau tidaknya motivasi – tentunya ada sebabnya dan ini berkaitan dengan teori – teori motivasi yang ada, yakni:
1.      Teori Atribusi.
2.      Teori Harapan.
3.      Teori Aktualisasi Diri.
Kemiskinan Kesehatan Mental (Lebih Berbahaya dariKemiskinan yang Sebenarnya) 
“Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang mampu”mengkondisikan dirinya sendiri” kearah positivism-act seperti ketenangan batin/jiwa, pemaksimalan potensi – potensi diri, yang dengan itu semua orang bisa mewujudkan kebaikan – kebaikan tingkah laku yang kemudian berimbas pada kebahagiaan lahir batin.”
Kesehatan mental dari kaca islam juga bisa diartikan sebagai usaha positif dari seseorang untuk “memanage diri sendiri”; manajemen dari berbagai kelemahan negatif diri dengan panduan dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis (sumber dasar islam)
Degradasi “Manajemen Diri” (Pangkal Dasar dari Ketidak Berdayaan Diri Melawan Kemalasan)  
Ada dua landasan dasar sebenarnya untuk memunculkan kesiagaan diri dengan wasilah manajemen diri yakni adanya kemauan dan kemampuan. Dengan modal kemauan yang sesadar – sadarnya akan mampu mengarahkan dan dan membimbing diri pada sisi positive act. Modal kedua adalah kemampuan (capability). Adanya suatu keyakinan bahwa masing – masing person dibekali dengan suatu kemampuan untuk me-manage diri sendiri, sayangnya, adanya suatu keyakinan pula bahwa masing – masing person tidak memaksimalkan kemampuan untuk me – manage diri sendiri, padahal mereka sebenarnya mampu.
Berikut ini adalah beberapa fungsi manajemen yang seyogyanya diterapkan dalam diri sebagai “tameng”:
a.       Planning
b.      Organizing
c.       Direction
d.      Pengawasan (Control)
e.       Pembaharuan (Inovasi)
BAB 4 Menuju Reformasi Kelemahan (Tips Substantif Menghilang Rasa Malas yang Berkepanjangan)
Memberdayakan Optimistic Attitute
Memunculkan dan memberdayakan sense of optimistic dalam diri sebagai sarana untuk menghancurkan kemalasan. Dalam buku karya Triantoro Safaria berjudul “Optimistic Quotient”;Menenamkan dan Menumbuhkan Sikap Optimis pada Anak (2007) diterangkan ada lima kekuatan utama Optimistic Quotient, yang dengan 5 kekuatan ini bisa menghalau atau mencegah terlalu dalam penyakit malas, kelima kekuatan ini adalah :
1.      Pengendalian distorsi kognitif
Distorsi kognitif bisa diartikan sebagai kenegatifan dalam berpikir atau negative thingking, di mana seseorang lebih banyak mengaktifkan pikiran negative yang berakibat “penguasaan hati” yang negative pula.
2.      Penguasaan kendali-diri (self control)
Kendali diri itu sebdiri bisa diartikan sebagai pusat penguasaan diri untuk tidak melakukan hal – hal di luar batas yang telah ditentukan baik oleh ilahi (hukum syar’i), masyarakat yang terbentuk dalam aturan adat/hokum social, atau pula aturan hokum konvensional yang berlaku.
3.      Penguasaan Penalaran Optimistik
Ketika seseorang berhasil mengembangkan dan menguasai dirinya dengan penuh “penalaran optimistik” ini, maka kemungkinan besar penyakit malas atau pula pencegahan penyakit malas bisa diminimalisir. Hal ini mengingat kekuatan dari “optimistik” ini cukuplah besar ungtuk membangkitkan diri seseorang dari keterpurukan dan kejatuhan.
4.      Transendal Coping
Transcendental coping merupakan masalah (problem solving) dengan menggunakan pendekatan illahiyah, yang ini berarti “seseorang tidak diperkenankan” hanya menggunakan kekuatan nafsiyah, fisiologiyah tanpa mentransendensikan diri kepada illahi rabbi.
5.      Kekuatan Visioner
Visi merupakan penggambaran langkah menuju ke depan. Akan seperti apa dan bagaimana ke depannya bisa dilihat dengan menggunakan visi dan misi.
Berkaca dari Film The Secret (Kebangkitan dari dunia kemalasan)  
Film The Secret ini merupakan film yang mutan “motivasi konstruktifnya” cukup tinggi untuk masing – masing personal. 3 hal urgen yang bisa dilakukan untuk meraih kesuksesan hidup, utmanya sukses melawan kemalasan adalah sebagai berikut:
1.      Meminta apa – apa yang diinginkan oleh diri sendiri dan menuliskan kesemua itu dikertas dengan berbagai penjelasan :”mengapa diri benar – benar menginginkan poin – poin tersebut ”
2.      Mencoba menjawab permintaanyang telah dituliskan.
3.      Tahap menerima dan menghargai apapun yang jadi keputusan Illahi (atas hasil yang diperoleh).
Orang yang Berfungsi Sesungguhnya (Qaul Roggers dalam Meraih Kebermaknaan Hidup untuk Membebaskan Penyakit Malas)
Asumsi Roggers tentang “kepribadian yang sehat” adalah kepribadian yang mampu memahami proses – proses kehidupan. Proses kehidupan yang dijalani bisa saja berupa masalh – masalah yng rumit dan tidak menyamankan diri.
Sehubungan dengan sifat orang yang berfungsi sepenuhnya yang juga erat kaitannya dengan kepribadian sehat maka ada beberapa cirinya yang antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Keterbukaan pada Pengalaman
2.      Kehidupan Eksisitensial
3.      Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri
4.      Perasaan Bebas
5.      Kreativitas
Pendekatan Psikoterapi Islam sebagai Penghapus Titik Noda Kemalasan
Dalam psikoterapi islam itu sebagai metode penyembuhan yang dekat dengan wawasan keagamaan sendiri ada metode – metode yang berdasar dari Qur’aniyah dan haditsiyah yang digunakan sebagai media penyembuhan atas penyakit yang dialami tiga metode yang dimaksud adalah:
1.      Tahap Pembersiahn Diri
2.      Tahap Pengmbangan diri
3.      Tahap Penyempurnaan Diri

0 komentar:

Posting Komentar

 
;